Thursday, January 5, 2012

Pada Web Tunas Hijau

Dapur Alam, Mading Dan Patroli Lingkungan Di SMA Trimurti

Surabaya- Permasalahan lingkungan bukan saja terjadi di SMA Trimurti. Permasalahan lingkungan merupakan masalah dunia secara global,” ucap Kepala SMA Trimurti Mudjiono saat sambutan kepada 40 siswa tim lingkungan hidup SMA Trimurti pada pembinaan lingkungan hidup Surabaya Eco School, Rabu (5/10). Dalam sambutannya, Mudjiono juga menyampaikan pentingnya permasalahan lingkungan untuk diajarkan kepada warga sekolah melalui pendidikan lingkungan hidup.

“PLH yang sudah diajarkan di sekolah ini dilakukan dengan terintergrasi dan non integrasi atau monolitik,” tambah kepala sekolah kelahiran Lamongan ini. Dalam pembinaan lingkungan hidup ini, pegiat Tunas Hijau Satuman mengajak 40 siswa kader lingkungan untuk belajar membuat kebijakan lingkungan untuk disampaikan kepada kepala sekolah agar diberlakukan kepada seluruh warga sekolah.

Mendukung diusulkannya kebijakan lingkungan kepada sekolah, tim lingkungan melalui Magita Novita Sari menyampaikan beberapa usulan program lingkungan yang menjadi patokan bagi mereka menjalankan programnya. Setelah berhimpun menjadi beberapa kelompok beberapa program lingkunganpun siap dijalankan, tentunya dengan dinaungi kebijakan sekolah yang sudah ada.

Pengolahan sampah organik menjadi kompos, Dapur Alam atau TOGA (tanaman obat keluarga) dan aktivitas regular adalah program yang sudah berjalan dan akan terus dikembangkan. Untuk aktivitas regular, mereka sudah menjalankan kegiatan Patroli Lingkungan dan Mading Lingkungan. Ida Ayu Putu, salah satu anggota tim, menjelaskan bahwa patroli lingkungan dan mading lingkungan sudah dijalankan oleh sekolah setiap bulan sekali dengan melibatkan siswa di program lingkungan sekolah.

“Patoli lingkungan yang selama ini dilakukan bertujuan untuk mengawasi warga sekolah yang melanggar peraturan lingkungan hidup yang sudah berlaku di sekolah,” ujar Ida Ayu Putu. Sekolah akan memberikan sanksi tersendiri untuk pelanggaran yang dilakukan.

Pengolahan sampah organik dan lubang resapan biopori menjadi materi lapangan yang diberikan Tunas Hijau dalam pembinaan di sekolah yang terletak di Jalan Gubernur Suryo ini. Khusus permasalahan sampah organik, kurangnya pengetahuan siswa tentang proses pengomposan menggunakan keranjang komposter maupun aerob ditemui. Faktanya kondisi komposter sekolah ini terlihat tidak merata, seperti yang disampaikan pegiat Tunas Hijau Anggriyan yang memandu pembelajaran pengomposan.

“Komposter kalian ini sebenarnya hampir jadi. Namun, usahakan jangan sampai tercampur dengan sampah daun-daun kering dan plastik meskipun hanya secuil. Bila tercampur, maka tidak akan panen kompos kalian nantinya,” terang Anggriyan sambil memegang dedaunan kering dari komposter. Selain itu, dalam pembuatan biopori, seringnya air menggenang saat banjir menjadi alasan utama tim ini bersemangat dalam proses pembuatan lubang resapan ini.

Implementasi pembelajaran lingkungan hidup untuk dimasukkan dalam mata pelajaran khusus seperti muatan lokal dan terintegrasi dalam mata pelajaran umum menjadi target yang ingin dicapai tim SMA Trimurti. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ita Nuriati, guru pendamping sekolah ini. Tidak hanya itu, melihat permasalahan yang terjadi pada pengomposan, Magita bersama timnya akan menyosialisasikan tata cara penggunaan komposter kepada kelas-kelas yang sudah mempunyai komposter dan pengelola kantin.

Surabaya Eco School 2011 adalah program lingkungan hidup berkelanjutan untuk sekolah-sekolah di Surabaya. Program yang memadukan kompetisi, pembinaan dan pemantauan ini diselenggarakan oleh pemerintah kota Surabaya dan Tunas Hijau. Surabaya Eco School didukung oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PDAM Surabaya, ASUS, PT. Dharma Lautan Utama dan Perum Jasa Tirta I. (rian)

free counters
 
;